Minggu, 07 November 2010

Sejarah Bajak Laut

Dari anime, manga, game, sampai film, kostum Halloween dan buku cerita anak-anak, era klasik Bajak Laut yang penuh romansa dan petualangan tidak pernah habis menjadi sumber inspirasi.


• The Life of Pirates

Bajak Laut. Mendengar istilah ini, biasanya yang terbayang adalah kapal perang penuh meriam, dan gerombolan bajak laut dengan pedang dan pistol siap menyerbu kapal dagang yang terdekat. Per definisi, bajak laut atau pirate(s) adalah pelaku perampokan di perairan. Selain perampokan, mata pencaharian bajak laut juga meliputi penculikan atau penjarahan di daerah pesisir pantai.

Biasanya, bayangan kita tentang bajak laut adalah gerombolan kriminal yang ganas, hidup di luar kekangan masyarakat, tetapi juga lihai dancerdik, dan memiliki segunung harta karun. Dalam kenyataannya, hidup seorang bajak laut sangat susah. Seringkali mereka kekurangan makanan, atau kekurangan zat gizi yang menimbulkan penyakit, dan tak jarang mati muda. Hal ini diperparah lagi dengan konflik yang seringkali terjadi antara sesama awak kapal, dan bahaya ketika melakukan perampokan. Diantara mereka yang selamat, jarang ada yang bisa "pensiun" dengan kaya raya.

Meskipun kehidupan bajak laut terkesan brutal, dan memang demikian sebenarnya, mayoritas kelompok bajak laut bisa dibilang cukup demokratis. Ada hak untuk memilih dan mengganti pimpinan. Kapten kapal yang memegang tampuk pimpinan biasanya adalah petarung ulung yang dapat dipercaya oleh anak buahnya, dan bukan hanya sekedar figur yang dipilih oleh kalangan atas. Dan ada pembagian harta rampasan yang adil dan merata. Seluruh awak kapal, melalui sebuah sistem aturan yang rumit, akan mendapatkan bagian dari apapun jarahan yang didapatkan. Bahkan, biasanya ada sistem kompensasi untuk mereka yang terluka ketika menyerang kapal.

Umumnya kelompok bajak laut juga terbuka bagi kaum buangan dari masyarakat. Bahkan jika menyerang kapal yang mrngangkut budak, mereka biasanya membebaskan budak-budak tadi, dan menerima mereka sebagai bajak laut. Selain itu, kehidupan sebagai awak kapal perang di jaman imperialisme Eropa memang sangat tidak manusiawi. Dibawah tekanan kebrutalan kapten kapal (yang pada jaman itu praktis berkuasa absolut di kapalnya) dan bahaya kehidupan di laut, banak awak kapal, karena tak tahan dengan kondisi di kapalnya, kebencian terhadap negara yang dianggap telah meninggalkan mereka, dan bagaimanapun juga telah cukup mahir bekerja di kapal, malah mengubah haluan dan bergabung dengan bajak laut ketika kapal mereka diserang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar